Sabtu, 29 Mei 2010
NOVEL POPULER | BIDADARI-BIDADARI SURGA
Bidadari-bidadari Surga adalah novel
Islami yang bercerita tentang kepedihan, penderitaan, suka cita, canda
tawa, cinta dan pengorbanan, tumpah ruah di pondok bambu lembah Lahambay
rumah keluarga mamak Lainuri dan Laisa. Tere Liye, penulis novel ini,
menceritakan alur tokoh-tokoh novelnya dengan apik dan sederhana tapi
menyentuh. Dengan gaya penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat,
cerita tetap enak dinikmati.
Pengorbanan
tulus tiada tara seorang Laisa. Setelah bapaknya meninggal
dicabik-cabik harimau gunung Klendeng, mamak Lainuri lantas berjuang
demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Laisa memutuskan berhenti sekolah
dan berjanji dalam hatinya untuk memperjuangkan pendidikan adik-adiknya
hingga mereka sukses.
Dalimunte, Profesor muda yang mengejutkan dunia science dengan penelitiannya “Pembuktian tak terbantahkan Bulan yang pernah terbelah”. Dan penelitiannya tentang badai elektromagnetik antar galaksi. Profesor yang berhasil menciptakan rangkaian kincir air saat umurnya beranjak 12 tahun, sebagai cikal bakal kemakmuran di lembah Lahambay.
Ikanuri dan Wibisana, 2 orang teknisi dan pengusaha sparepart hingga menjual sasis ke Eropa bersaing dengan perusahaan China. Dua bocah yang hampir diterkam siluman gunung klendeng karena saking bebalnya mereka.
Yashinta, si kecil manis yang berubah menjadi peneliti pada lembaga konservasi alam, menjelajah lebih dari 27 gunung di dunia. Ia mendaki, memanjat dan menyelam hingga pedalaman papua. Mungkin jika ia tak melihat berang-berang pagi itu bersama kak Laisa, ia tak akan sesukses itu, hingga kuliah S2 di Belanda.
Suatu saat mereka menerima pesan dari mamak Lainuri:
“Pulanglah.... Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah..”
Kisah perjalanan mereka diceritakan apik dan sederhana tapi menyentuh oleh penulis. Dengan gaya penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat, cerita tetap enak dinikmati.
Dalimunte, Profesor muda yang mengejutkan dunia science dengan penelitiannya “Pembuktian tak terbantahkan Bulan yang pernah terbelah”. Dan penelitiannya tentang badai elektromagnetik antar galaksi. Profesor yang berhasil menciptakan rangkaian kincir air saat umurnya beranjak 12 tahun, sebagai cikal bakal kemakmuran di lembah Lahambay.
Ikanuri dan Wibisana, 2 orang teknisi dan pengusaha sparepart hingga menjual sasis ke Eropa bersaing dengan perusahaan China. Dua bocah yang hampir diterkam siluman gunung klendeng karena saking bebalnya mereka.
Yashinta, si kecil manis yang berubah menjadi peneliti pada lembaga konservasi alam, menjelajah lebih dari 27 gunung di dunia. Ia mendaki, memanjat dan menyelam hingga pedalaman papua. Mungkin jika ia tak melihat berang-berang pagi itu bersama kak Laisa, ia tak akan sesukses itu, hingga kuliah S2 di Belanda.
Suatu saat mereka menerima pesan dari mamak Lainuri:
“Pulanglah.... Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah..”
Kisah perjalanan mereka diceritakan apik dan sederhana tapi menyentuh oleh penulis. Dengan gaya penceritaan alur mundur dan meloncat-loncat, cerita tetap enak dinikmati.
0 komentar:
Posting Komentar